Terkini :

  • Salam sejahtera bagi semua. Irini pasi. Selamat datang di Evangelismos Katolik Timur. Kami mensyiarkan Gereja-Gereja Timur yang bersatu dengan Roma; dan ada dalam himpunan Gereja Katolik sedunia. Yaitu Gereja-Gereja Timur yang untuk saat ini tidak tergabung dalam himpunan Gereja-Gereja Ortodoks.
  • Mohon ingatlah seluruh saudara-saudari Kristiani di dalam doa-doa saudara, khususnya mereka yang berada dalam hambatan dan penganiayaan. Salah satu doa yang dapat digunakan dapat dibaca DI SINI
  • Ayo bergabung dengan Page Facebook "Gereja Katolik Timur Indonesia" DI SINI
  • "First Without Equal". Tanggapan terhadap Patriarkat Moskow (Gereja Ortodoks Rusia) tentang Primasi. Terambil dari Situs resmi Patriarkat Konstantinopel (Gereja Ortodoks Konstantinopel) DI SINI. Atau dari Situs resmi Metropolitan Ortodoks Patriarkat Ekumenis di Hong Kong dan Asia Tenggara DI SINI
  • Penjelasan, Antifon, Teks Liturgi Pesta dan Hari Raya penting, dapat ditemukan DI SINI
  • Halaman depan dapat ditemukan DI SINI

Senin, 11 Februari 2013

Gereja Katolik Timur dan Inkulturasi

Liturgi Ilahi Gereja Katolik Timur di Hong Kong (foto : ucanews.com)

Tahun Baru Cina (Imlek) 2564 telah tiba. Tergelitik hati ini untuk mengetahui bagaimana Gereja Timur (khususnya Gereja-Gereja Katolik Timur) mewartakan Kabar Baik yaitu Yesus Kristus kepada bangsa-bangsa, khususnya kepada bangsa-bangsa asing yang merupakan tanah syiar baru. 

 

Pertemuan Gereja dan Budaya Sekitar
Inkulturasi dapat diartikan sebagai pewartaan Kabar Baik yaitu mewartakan Yesus Kristus dengan menggunakan elemen-elemen budaya tempat pewartaan (syiar), dimana elemen yang digunakan adalah elemen yang baik dan yang sesuai dengan nilai-nilai Kristiani yang diwartakan. Karena segala yang baik, termasuk yang ada di dalam budaya, berasal dari Allah. Dan ada benih-benih atau bayang-bayang kebenaran, kebaikan dan keselamatan yang secara misteri diletakkan oleh Allah di dalam budaya-budaya, yang bertujuan untuk menghantar umat manusia yang memiliki budaya itu kepada kepenuhan kebenaran dan keselamatan yaitu di dalam diri Tuhan Yesus Kristus sendiri. Tugas dari Gereja adalah “mengkuduskan” elemen-elemen budaya tersebut, agar budaya-budaya itu menjadi rahmat bagi umat manusia yang memilikinya, sehingga mereka dapat sampai dan bertemu dengan Allah sendiri dalam budaya dan identitas mereka sendiri.

Budaya dapat juga meliputi nilai-nilai atau cara pandang dan cara hidup yang begitu luas dianut dan dihidupi di dalam masyarakat tertentu. Tidak terbatas hanya pada budaya-budaya kesenian dan bahasa etnik atau masyarakat, namun juga pada nilai etika dan standar moral yang dihidupi masyarakat. Dan termasuk pula religi dan spiritualitas yang diterima dan berkembang di dalam suatu masyakat sehingga mewarnai dan mempengaruhi masyarakat tersebut.

Jejak Sejarah Inkulturasi Oleh Gereja-Gereja Timur
Inkulturasi bukan merupakan suatu hal yang baru bagi Gereja-Gereja Timur. Akar kisah Inkulturasi dalam Gereja-Gereja Timur dapat ditemukan asal mulanya pada Kisah Para Rasul 2, yaitu Peristiwa Pentakosta Roh Kudus Turun Atas Para Rasul. Dikisahkan di sana bahwa pada hari ke-50 setelah Kebangkitan Yesus Kristus mengalahkan maut, Roh Kudus turun atas Para Rasul dan murid-murid Tuhan, memberikan kepada mereka karunia-karunia dan buah-buah Roh Kudus, termasuk di antara nya adalah kuasa untuk berkata-kata dalam berbagai bahasa. Dikisahkan bahwa pada saat itu juga orang-orang yang mendengarkan mereka berbicara dalam bahasa mereka masing-masing, menerima iman kepada Allah, bertobat dan memberikan diri menjadi pengikut Tuhan. Jumlah orang-orang dari segala macam bangsa yang bertobat saat itu dikisahkan sebanyak 3000 jiwa. Setelah peristiwa tersebut, Para Rasul dan murid-murid Tuhan menyebar ke segala penjuru dunia untuk mensyiarkan Kabar Baik, yaitu mewartakan Yesus Kristus. Demikian pula dengan St Paulus yang juga terlibat dalam karya syiar kepada bangsa-bangsa. Ia berjumpa dengan Kristus Yang Bangkit. Dan hal itu mengubah dia dengan luar biasa sehingga di sepanjang sejarah namanya tercatat sebagai pensyiar yang berkobar-kobar. Tradisi menceritakan, St Markus melakukan syiar hingga ke tanah Afrika (berpusat di Alexandria), maka perlahan terbentuklah komunitas dan Gereja di sana. St Thomas melakukan syiar hingga ke tanah India, maka terbentuklah komunitas dan Gereja di sana. St Petrus melakukan syiar hingga ke tanah Antiokia dan Roma. St Andreas melakukan syiar ke wilayah Turki. St Yudas Tadeus melakukan syiar ke wilayah Mesopotamia (wilayah Irak, Iran) dan Lebanon serta Suriah. St Bartolomeus dan Filipus ke daerah Armenia. Dan lain sebagainya. Di masing-masing tempat, pewartaan Kabar Baik bertemu dengan masyarakat sekitar dan budayanya. Komunitas Kristiani terbentuk, perlahan tumbuh menjadi Gereja, masing-masing dengan identitas dan budayanya. Maka hingga kini Gereja-Gereja Kristiani di setiap wilayah itu memiliki keunikan tersendiri. Masing-masing Gereja Kristiani di setiap wilayah memiliki Tradisi, spiritualitas, cara pandang, pendekatan teologi yang unik satu dengan yang lain, salah satu penyebabnya karena mereka masing-masing dipengaruhi oleh budaya nya dalam mengerti Iman. Dan masing-masing Gereja di wilayah tersebut menggunakan bahasa setempat. Perlahan-lahan masing-masing Gereja tersebut memiliki setidaknya 2 bahasa dalam Liturgi dan ibadah-ibadahnya, 1 bahasa suci  dan 1 bahasa setempat. Keduanya digunakan dalam Liturgi resmi mereka.

Beberapa ratus tahun kemudian, Gereja di Turki (Bisantium) mengirimkan misionaris yaitu St Sirilus dan Metodius untuk mensyiarkan Kabar Baik kepada bangsa-bangsa Slavik (Eropa Timur, meliputi Ukraina, Romania, Bulgaria, Rusia, dll). Berkat karya mereka lah, bangsa Slavik memiliki tulisan Sirilik yang diberikan oleh St Sirilus dan Metodius untuk menterjemahkan Kitab Suci dan tulisan-tulisan suci Kristiani ke bahasa dan tulisan yang dapat dimengerti oleh bangsa Slavik. Pengaruh syiar Kristiani begitu kuatnya kepada kehidupan bangsa-bangsa Slavik, sehingga sampai saat ini sangat sulit memisahkan budaya dan warna ini dari hidup mereka. Kekristenan menjadi warna dan budaya mereka. Lebih jauh lagi, pertemuan budaya masing-masing bangsa Slavik dengan syiar Kristiani melahirkan budaya yang unik oleh masing-masing bangsa Slavik tersebut yang sedikit membedakan antar satu dengan yang lainnya. (Ukraina memiliki ciri khasnya sendiri. Romania memiliki ciri khasnya sendiri. Rusia memiliki ciri khasnya sendiri. Dan seterusnya.)

Dan kini, dapat dilihat betapa masing-masing Gereja Timur di berbagai wilayah memiliki ciri khasnya sendiri sebagai hasil dari inkulturasi yang berproses sangat lama. Dalam Gereja-Gereja Katolik Timur (yaitu Gereja-Gereja Timur yang bersatu dengan Gereja Katolik Roma dalam Gereja Katolik sedunia), bisa dilihat sebagai contoh : Gereja Katolik Melkit yang kental dengan budaya Timur Tengah nya; Gereja Katolik Yunani Ukraina dengan budaya Kiev Slavik nya; Gereja Katolik Koptik dengan budaya Mesir kuno nya; Gereja Katolik Armenia dengan budaya Armenia kuno nya; Gereja Katolik Malankara dan Gereja Katolik Malabar dengan budaya Siria India nya; Gereja Katolik Rusia dengan budaya Rusia nya; dan lain sebagainya. Itu semua adalah hasil dari Inkulturasi pewartaan (syiar) Kabar Baik dengan budaya setempat. Tentu semua ini tidak instan, melainkan berproses sangat lama, bahkan ratusan dan ribuan tahun untuk dapat mendarah daging.

Inkulturasi Dalam Pandangan Gereja Timur
Inkulturasi telah dihidupi oleh Gereja-Gereja Timur sejak awal. Budaya setempat sangat berharga dalam pandangan Gereja-Gereja Timur. Karena Gereja memiliki tugas amanah mewartakan Kabar Baik kepada segala bangsa. Dan karenanya Gereja harus terjun bertemu dengan masyarakat dan budayanya, tinggal di tengah-tengah budaya tersebut, dan mau tidak mau Gereja harus mencari cara agar Kabar Baik yang diwartakannya itu dapat sampai dan diterima dengan baik oleh masyarakat tersebut. Pewartaan yang kontekstual menjadi hal yang harus dijalani Gereja dalam karya penyelamatan dunia. St Yohanes Krisostomus pernah mengatakan, “Liturgi diberikan untuk manusia”. Kekristenan yang diwujudkan dalam Liturgi haruslah merupakan suatu yang memang bisa digunakan manusia sebagai ekspresi dan perwujudkan cintanya kepada Allah. Liturgi yang berasal dari jati diri manusia itu sendiri, menyatu dengan dirinya. Menjadi Kristiani sama sekali bukan berarti harus menghilangkan jati diri manusia itu sendiri, apalagi memeluk budaya lain dan mengesampingkan budaya yang diberikan oleh Allah kepada bangsa tersebut. Tuhan Yesus Kristus lahir dan hidup dalam budaya dan cara hidup masyarakat Yahudi yang saat itu bermata pencaharian bercocok tanam dan ada pula yang hidup sebagai nelayan, maka Tuhan Yesus Kristus menyampaikan Sabda-Nya dengan menggunakan perumpamaan seputar bercocok tanam (kebun, ladang, benih) dan nelayan (pasau, menangkap ikan). St Paulus mensyiarkan Kabar Baik kepada bangsa-bangsa yang biasanya hidup di daerah perkotaan, maka dalam surat-suratnya ia akan menggunakan istilah-istilah yang dapat dimengerti masyarakat perkotaan (perlombaan karena pada saat itu masyarakat perkotaan pada umumnya menyukai pertunjukan dan perlombaan olahraga). Maka Gereja pun melakukan hal yang sama, yaitu pewartaan yang kontekstual, yaitu dengan Inkulturasi.

Namun, Inkulturasi yang seperti apakah? Apakah Inkulturasi yang mengkompromikan nilai-nilai iman Kristiani dan menelan bulat-bulat semua elemen apapun itu yang ada di dalam budaya manusia? Apakah Inkulturasi yang instan, dipaksakan, sehingga terkesan “aneh” atau malah membingungkan? Tidak semua itu. Inkulturasi adalah proses yang hati-hati dan cermat.

Proses
Inkulturasi yang dilakukan biasanya adalah merupakan hasil proses yang panjang dan lama. Bukan instan. Ketika iman Kristiani itu bertemu dengan manusia dan budaya atau nilai-nilai yang dianutnya, maka itu merupakan momen perjumpaan Kristus dengan manusia. Perjumpaan dengan Kristus dan iman Kristiani itu akan mengubah dan menyelamatkan manusia yang ditemuinya. Maka ada proses menegur, koreksi, dan seleksi di sana.

Elemen-elemen budaya dan nilai-nilai yang baik ketika berjumpa dengan Kristus dan iman Kristiani, maka Kristus dan iman Kristiani akan “mengkuduskan”nya dan memuliakannya sehingga tujuan esensi dari adanya budaya dan nilai tersebut tercapai, yaitu menghantar manusia kepada kepenuhan keselamatan dalam Kristus. Elemen-elemen budaya dan nilai-nilai yang baik akan diberi makna Kristiani, yang membuat mereka mengerti makna sejati adanya mereka, yang dengannya mereka semakin disempurnakan dan dimuliakan. Sebaliknya, ketika elemen budaya dan nilai yang tidak sesuai dengan iman Kristiani lah yang berjumpa dengan Kristus dan iman Kristiani, maka pilihannya hanya 1 : ditinggalkan. Karena Kristus dan iman Kristiani jauh lebih berharga daripada hal-hal yang tidak baik tersebut. Proses seleksi ini lah yang menyebabkan waktu yang diperlukan untuk Inkulturasi dalam Gereja-Gereja Timur biasanya berlangsung lama. Maka di satu sisi, iman Kristiani tetap terjaga tidak dikompromikan. Dan di sisi lain, elemen budaya dan nilai yang tidak sesuai dengan iman Kristiani tidak dipaksakan “mencemari” atau mengaburkan iman Kristiani itu sendiri.

Pada saat iman Kristiani bertemu dengan kebiasaan lama bangsa Rus menyembah pohon dan batu, maka iman itu akan menegur dan mengkoreksi kebiasaan tersebut. Hasilnya adalah bangsa Rus meninggalkan kebiasaan lama tersebut. Demikian pula sebaliknya, ada pula kebiasaan-kebiasaan baik yang terus dipertahankan karena nilainya yang baik, dan tidak mengaburkan nilai iman Kristiani. Menghargai budaya setempat sama sekali tidak berarti mengkompromikan iman Kristiani. Inkulturasi yang sehat adalah inkulturasi yang menghargai iman Kristiani dan tidak mengkompromikannya. Inkulturasi yang sehat bukanlah Inkulturasi yang menelan bulat-bulat segala jenis elemen budaya yang ada. Sehingga Inkulturasi bukanlah dimaksudkan untuk dilakukan dengan cara yang memaksakan dan akhirnya menjadi terkesan aneh (karena dipaksakan).

Demikian pula proses koreksi dan dalam Inkulturasi kristiani terjadi pula saat bertemu dengan nilai-nilai modern yang tidak sesuai dengan iman Kristiani, seperti misalnya : budaya materialisme, hedonism, egoisme, cinta kematian (aborsi dan peperangan), serta lain sebagainya. Maka terhadap budaya itu tidak ada kata lain selain bahwa iman Kristiani akan mengkoreksi nilai-nilai tersebut dan menolaknya. Sebaliknya terhadap nilai-nilai modern yang baik seperti misalnya penggunaan media komunikasi dan teknologi, kerjasama antar bangsa yang semakin tipis batasnya, dan lain sebagainya maka iman Kristiani ketika bertemu dengan nilai-nilai itu haruslah “mengkuduskan”nya, menggunakannya untuk kemuliaan Allah sehingga memberi nilai lebih dan luhur bagi nilai itu, menyempurnakannya.

Cara
Penggunaan budaya yang tidak sesuai dengan iman Kristiani malahan hanya akan menimbulkan kebingungan. Kalau alasan penggunaan budaya yang tidak sesuai tersebut adalah “hanya sebagai cara atau sarana”, tujuannya agar cepat bisa diterima masyarakat, itupun tidak bisa dibenarkan, karena bagaimanapun “tujuan tidak membenarkan cara”. Tujuan yang baik, haruslah dilakukan dengan cara yang baik pula.

Inkulturasi dilakukan dengan sangat hati-hati. Yang paling mudah dan telah lama dilakukan adalah penggunaan bahasa setempat dalam Liturgi. Namun hal-hal lainnya tetaplah dilakukan dengan hati-hati dan memerlukan proses dialog yang lama. Sebagai contoh, tidak serta merta menggantikan puji-pujian yang digunakan dalam Liturgi dengan lagu-lagu lain hanya agar dapat diterima masyarakat. Contoh lainnya adalah tidak serta merta figur-figur dalam ikon-ikon kudus dibuat mengikuti wujud budaya setempat. Karena ada aturan-aturan yang hati-hati dalam melakukan Inkulturasi. Tujuannya adalah agar tidak mengaburkan, tidak membingungkan, stabil dan berkelanjutan.

Tempat
Gereja-Gereja Timur, khususnya Ritus Bisantin, telah lama menekankan perlunya penggunaan bahasa setempat dalam Liturgi. Karena bahasa adalah sarana komunikasi yang paling mudah untuk menyampaikan pesan. Maka hal inilah yang dilakukan. Oleh karena itu, sebagai contoh, di Timur Tengah pada awalnya Gereja-Gereja Timur menggunakan bahasa Yunani, Siria dan Aram karena memang itulah bahasa-bahasa yang umum digunakan. Namun pada saat bahasa Arab umum digunakan, maka bahasa itu lah yang digunakan. Demikian pula, ketika umat berpindah ke negara baru misalkan negara berbahasa Inggris, sejak lama Gereja-Gereja Timur menggunakan bahasa setempat yaitu Inggris dalam Liturgi nya. Karena memang demikianlah kebiasaan yang telah lama ada di Gereja-Gereja Timur.

Demikian pula Inkulturasi haruslah memperhatikan etos (norma-norma) Liturgi. Karena Liturgi adalah Ibadah yang memiliki aturan. Sangat tidak dianjurkan melakukan Inkulturasi, khususnya di dalam Liturgi, yang merusak etos (norma-norma) Liturgi, sehingga terkesan bereksperimen dengan Liturgi atau pun terkesan bermain-main tidak serius dengan Liturgi.

Penerapan Inkulturasi di daerah perkotaan yang mana masyarakatnya plural dan sudah tidak begitu memperhatikan budaya tradisional tentu berbeda dengan penerapan Inkulturasi di daerah pedesaan yang masyarakatnya masih menerapkan budaya-budaya tradisional etnik.

Waktu

Arti kata “Waktu” di sini berkaitan dengan sirkulasi perayaan-perayaan Liturgis dalam kehidupan Gereja. Pada saat ini, dalam dunia kekristenan, 2 perayaan utama Kristiani, yaitu Paskah dan Natal biasanya jatuh pada 2 tanggal yang berbeda. Hari Raya Paskah sering kali dirayakan oleh 2 kelompok Kristiani pada 2 tanggal yang berbeda (tergantung penanggalan yang digunakan yaitu Gregorian atau Julian). Begitu pula Hari Raya Natal, dirayakan oleh pengguna kalender Gregorian (Katolik Romawi) pada tanggal 25 Desember, dan dirayakan oleh pengguna kalender Julian (misalnya Ortodoks Timur Kalsedonia dan Ortodoks Oriental Non Kalsedonia) pada tanggal 6 Januari. (Catatan : Gereja-Gereja Timur secara umum ada 2 jenis, yaitu Gereja-Gereja Timur yang bersatu dalam perhimpunan Gereja Katolik sedunia disebut juga dengan sebutan “Gereja-Gereja Katolik Timur”, dan Gereja-Gereja Timur uang tidak bersatu dalam perhimpunan Gereja Katolik sedunia disebut juga dengan sebutan “Gereja-Gereja Ortodoks”. Gereja-Gereja Katolik Timur dan Gereja-Gereja Ortodoks memiliki Tradisi, tata cara, pendekatan teologi yang kurang lebih sama.) Gereja-Gereja Katolik Timur biasanya menyesuaikan penanggalannya dengan kelompok mayoritas yang ada di suatu wilayah sebagai wujud Inkulturasi, yang bertujuan agar hari-hari raya Kristiani dapat dirayakan bersama sebagai satu kesatuan. Maka Gereja-Gereja Katolik Timur adalah penting bagi upaya persatuan umat Kristiani, yaitu sebagai jembatan dunia Gereja Barat Katolik dan dunia Gereja-Gereja Timur Ortodoks yang terputus sejak Skisma Besar.



 Liturgi Ilahi Gereja Katolik Timur di Hong Kong, bekerja sama dengan Gereja Katolik Romawi
(foto : sundayex.catholic.org.hk)

Inkulturasi Gereja-Gereja Katolik Timur di Dunia Modern
Sejarah Gereja-Gereja Katolik Timur dipenuhi dengan warna merah karena begitu banyaknya putra-putrinya yang menjadi martirr di sepanjang sejarah. Di daerah-daerah di mana Gereja-Gereja Katolik Timur telah ada sejak sangat lama (Eropa Timur, Timur Tengah, India, Afrika), Gereja-Gereja Katolik Timur telah sejak lama bahkan hingga saat masih mengalami penindasan, halangan dan tekanan. Namun meski demikian, janji Yesus Kristus bahwa Gereja yang Ia dirikan tidak akan binasa sungguh benar. Sampai detik ini, meskipun besar derita yang ditanggung Gereja-Gereja Katolik Timur, Gereja tidak musnah. Penekanan membuat umat tersebar ke daerah-daerah baru dan karenanya malahan membuat Gereja tersebar dan keuskupan-keuskupan baru didirikan.

Hal ini menimbulkan pula suatu tantangan baru mengenai bagaimana Gereja-Gereja Katolik Timur mensyiarkan iman Kristiani di tanah-tanah yang baru. Mereka berhadapan dengan budaya baru dan nilai-nilai baru. Sebagai contoh : bagaimana Gereja Katolik Yunani Ukraina mensyiarkan iman Kristiani di tanah Amerika Utara yang begitu lain sama sekali, atau di tanah Amerika Selatan yang mana Katolik Romawi telah mewarnai budaya sekitar dengan begitu kental. Bagaimana Gereja Katolik Melkit mensyiarkan iman Kristiani di tanah Argentina. Ini merupakan suatu tantangan baru. Dan proses inkulturasi ini tidak bisa cepat. Inkulturasi merupakan jalinan dialog, saling bertukar interaksi dan pemahaman, koreksi dan seleksi, yang memerlukan waktu lama. Tidak dipaksa-paksakan dan tidak instan. Terlebih lagi, bagaimana Gereja-Gereja Katolik Timur dapat melakukannya di tanah Asia?

Suatu contoh usaha Gereja Katolik Timur melakukan Inkulturasi di tanah Asia bisa ditemukan pada sekitar bulan Oktober 2011. Ketika saat itu, Gereja Katolik Yunani Ukraina bekerja sama dengan Keuskupan Gereja Katolik Romawi melaksanakan Liturgi Ilahi perdana di Hong Kong (catatan : Liturgi Ilahi adalah sebutan yang digunakan Katolik Timur khususnya Ritus Bisantin terhadap Misa Kudus. Atau pada Ritus selain Bisantin ada pula yang menyebutnya dengan sebutan Liturgi Kurban.). Saat itu, Liturgi Ilahi dilaksanakan di sebuah paroki Katolik Romawi. Cukup menarik melihat bahwa ornamen-ornamen yang digunakan sangat lekat dengan nuansa oriental (Cina) dengan warna merah dimana-mana. Sangat Bisantin, sekaligus sangat oriental (Cina). Selain itu, pada tahun 2012, Gereja Katolik Yunani Ukraina kembali melaksanakan Liturgi Ilahi di Filipina bekerja sama dengan sebuah seminari Katolik Romawi dan Ordo Dominikan St Dominikus (OP). Dikisahkan bahwa umat menyanyikan pujian Trisagion “Allah Maha Kudus, Sang Kuasa Maha Kudus, Sang Baka Maha Kudus, Kasihanilah kami….” Dalam bahasa Tagalog. Liturgi Ilahi itu dipersembahkan pula untuk menghormati seorang kudus Filipina yang baru saja dikanonisasi. Sangat Bisantin, sekaligus sangat Filipina. Indonesia : Beberapa Ikon telah ada yang disesuaikan dengan gaya batik Jawa tanpa membuat ikon tersebut terlalu jauh berubah sehingga tidak dikenali lagi sebagai sebuah ikon.

Gereja-Gereja Katolik Timur dan Inkulturasi, 2 hal yang telah ada dan saling menghidupi satu dengan yang lain sejak lama, namun sekaligus selalu menemukan hal-hal dan tantangan baru. Dan hal yang menarik untuk melihat bagaimana hal ini akan dilakukan di daerah-daerah baru tempat Gereja-Gereja Katolik Timur tiba untuk mensyiarkan Kabar Baik.



Segenap pengurus Evangelismos Katolik Timur mengucapkan :
Gong Xi Fa Cai
Selamat Tahun Baru Imlek 2564
Bagi saudara yang merayakannya



( Penulis : DCS Evangelismos Katolik Timur. Referensi : http://sundayex.catholic.org.hk/node/165; http://www.ucanews.com/news/byzantine-liturgy-in-chinese-a-success/32108; http://bizantinokatoliko.blogspot.com/; dan sumber-sumber Katolik Timur. )





1 komentar:

  1. Wah artikel yang lengkap dan bagus nih seputar inkulturasi =)

    BalasHapus