Berikut ini adalah Homili yang diberikan oleh St Yohanes Krisostomus tentang Makna Utama Berpuasa :
“Mengenai berpuasa, marilah kita membicarakannya tidak hanya sekedar apa yang telah dijalankan oleh begitu banyak umat (yaitu berpuasa dari makanan), bukan pula hanya sekedar berpantang dari daging, melainkan pula berpuasa dan berpantang dari dosa. Karena makna berpuasa tidak akan bermanfaat bagi yang menjalankannya kecuali puasa itu dilakukan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Sehingga pada akhirnya, setelah kita dengan berjerih payah melakukan puasa, kita tidak kehilangan mahkota (yaitu hasil) dari puasa yang telah dijalankan, asalkan kita memahami bagaimana melakukan puasa. Karena orang Farisi pun berpuasa, namun akhirnya mereka tidak mendapatkan apa-apa dan tidak memperoleh buah dari puasa. Pemungut cukai tidak berpuasa, namun mereka memperoleh apa yang diperoleh orang-orang yang berpuasa.
Oleh karenanya, bahaya dari berpuasa adalah begitu besar bagi mereka yang tidak memahami bagaimana seharusnya berpuasa. Sangat perlu untuk mengerti aturan berpuasa, sehingga kita tidak bagaikan “berlari tanpa ara”, tidak pula bagaikan “memukul angin”, dan tidak pula bagaikan berperang melawan bayang-bayang hampa. Puasa adalah bagaikan sebuah obat. Sangat perlu untuk mengetahui kapan untuk berpuasa dan sekeras apa kita berpuasa.
Keutamaan dari berpuasa tidaklah terletak pada berhenti mengkonsumsi makanan, melainkan pada berhenti berdosa. Apakah kalian berpuasa? Tunjukkanlah kepadaku dengan perbuatanmu sebagai buktinya. Perbuatan-perbuatan yang seperti apakah? Jika engkau melihat seorang papa miskin, berbelaskasihanlah kepadanya. Jika engkau memiliki musuh, berdamailah denganya. Jika engkau melihat salah seorang sahabatmu mendapatkan kemuliaan, janganlah iri kepadanya.
Karena itu, marilah kita berpuasa tidak hanya dengan mulut, melainkan juga dengan mata, telinga, kaki, tangan, dan seluruh tubuh kita. Biarlah tangan kita berpuasa dari mencuri dan keserahakan. Biarlah kaki kita berpuasa dengan tidak melangkahkan diri kita ke perbuatan-perbuatan buruk. Biarlah mata kita berpuasa dari segala yang tidak adil dan terlarang. Biarlah telinga kita pun turut berpuasa. Telinga ikut berpuasa dengan cara menolak untuk mendengarkan ucapan-ucapan yang jahat dan fitnah. Dan biarlah mulut pun turut berpuasa dari perkataan yang tercela dan buruk.
Apakah kalian hendak menegur salah seorang saudaramu karena suatu kesalahan yang ia perbuat? Maka menangislah; berdoalah kepada Allah; bawalah saudara itu ke suatu tempat, lalu tegurlah ia, desak dan nasihatilah dia! Perlihatkanlah belas kasihmu kepada orang berdosa. Yakinkanlah dia bahwa hal ini kalian lakukan karena perhatian dan kekhawatiran kalian demi kebaikannya, dan bukan karena kalian berniat untuk mempermalukannya,
Peluklah kakinya. Peluklah dia. Jangan merasa malu, jika kalian tulus menginginkan kesembuhannya. Jangan berbicara buruk tentang siapapun. Jangan membiarkan seseorang pun menjadi musuhmu. Hapuslah kebiasaan burukmu melakukan sumpah dengan mulutmu.
Jika melakukan hal-hal ini selama Paskah/Puasa Natal ini, dan menjadikannya kebiasaan baik, maka kita akan dapat melakukan puasa dengan lebih mudah hingga akhir. Kita akan memanen buah yang diharapkan selama hidup di dunia ini; dan kelak di saat mendatang ketika kita akan berdiri dihadapan Kristus dengan percaya diri yang besar dan menikmati berkat-berkat-Nya yang tak terkatakan. Dimana Allah akan mengkaruniakan agar kita layak menerimanya, melalui rahmat Yesus Kristus Tuhan kita dan kasihnya kepada manusia. Dimuliakanlah Ia, bersama dengan Bapa dan Roh Kudus, sekarang, selalu dan sepanjang segala abad. Amin”
+ + + + + + +
Here is the words of our holy father St John Chrysostom regarding the true nature of Fasting :
"Let us not speak, indeed of such a fast as most persons keep, but of real fasting; not mere abstinence from meats - but from sins, too. For the nature of a fast is such that it does not suffice to deliver those who practice it unless it be done according to a suitable law.
To the end, then, that when we have gone through the labor of fasting we forfeit not the crown of fasting, we should understand how, and after what manner it is necessary to conduct this business; since the Pharisee also fasted, but afterwards went down empty and destitute of the fruit of fasting. The Publican fasted not; and yet he was accepted in preference to him who had fasted.
Since, then, the danger of fasting is so great to those who do not know how they ought to fast, we should learn the laws of this exercise, in order that we may not `run uncertainly' nor `beat the air' nor while we are fighting contend with a shadow. Fasting is a medicine. It is necessary to know the time when it should be applied and the requisite quantity.
To the end, then, that when we have gone through the labor of fasting we forfeit not the crown of fasting, we should understand how, and after what manner it is necessary to conduct this business; since the Pharisee also fasted, but afterwards went down empty and destitute of the fruit of fasting. The Publican fasted not; and yet he was accepted in preference to him who had fasted.
Since, then, the danger of fasting is so great to those who do not know how they ought to fast, we should learn the laws of this exercise, in order that we may not `run uncertainly' nor `beat the air' nor while we are fighting contend with a shadow. Fasting is a medicine. It is necessary to know the time when it should be applied and the requisite quantity.
The honor of fasting consists not in abstinence from food, but in withdrawal from sinful practices. Do you fast? Give me proof of it by your works. What kind of works? If you see a poor man, take pity on him. If you see an enemy, be reconciled to him. If you see a friend gaining honor, envy him not.
For let not the mouth only fast, but also the eye, and the ear, and the foot, and the hands, and all members of the body. Let the hands fast from being pure from rapine and avarice. Let the feet fast by ceasing to run to unlawful spectacles. Let the eyes fast from such as is unlawful or forbidden. Let the ear fast, also. The fasting of the ear consists in refusing to listen to evil speech and calumnies. Let the mouth, too, fast from disgraceful speeches and railings.
Do you wish to correct a brother? Weep; pray to God; taking him aside, admonish, entreat, counsel him! Show your charity toward the sinner. Persuade him that it is from care and anxiety for his welfare, and not from a wish to expose him, that you put him in mind of his sin.
Take hold of his feet; embrace him; be not ashamed, if you truly desire to cure him. Speak evil of no one; hold no one for an enemy; expel from your mouth altogether the evil custom of swearing.
If we use these three precepts during the present Lent (the Nativity fast) and make them a good habit, we shall proceed easier to the end. We shall both reap the fruit of a favorable hope in the present life; and in the life to come we shall stand before Christ with great confidence and enjoy His unspeakable blessings, which God grant that we may be found worthy of, through the grace and love for mankind of Jesus Christ our Lord, with Whom be glory to the Father and the Holy Spirit, now and always and unto ages of ages. Amen."
( Bahasa version translated by DCS Evangelismos Katolik Timur. Source : English version in www.byzcath.org. )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar