Pentakosta
yang berarti “Hari Ke-Lima Puluh”, merupakan hari ke-50 setelah Hari Raya
Paskah. Pada awalnya, hari raya ini dirayakan oleh umat Yahudi untuk merayakan
hasil panen, dan bersyukur kepada Allah karena hasil panen tersebut.
Namun
sama halnya dengan Hari Raya Paskah umat Yahudi yang mendapat makna baru dengan
Kebangkitan Yesus Kristus, maka Hari Raya Pentakosta pun mendapat makna baru
nya. Karena pada hari tersebut, Gereja mengenang dan merayakan turunnya Roh
Kudus. Selama 40 hari setelah kebangkitan-Nya, Yesus Kristus menampakkan
diri-Nya kepada banyak murid dan orang, menunjukkan bahwa Ia sungguh bangkit. Dan
sebelum kenaikan-Nya ke Surga, Ia menjanjikan Roh Kudus, yang akan dikirimkan
dari Bapa (Kisah Para Rasul 1). Yesus memerintahkan para murid-Nya agar tinggal
di Yerusalem dan bertekun dalam doa. Maka terjadilah, 10 hari kemudian, Roh Kudus yang telah dijanjikan itu turun
kepada para Rasul dan murid-murid Tuhan yang hadir (Kisah Para Rasul 2).
Sebenarnya,
peristiwa “turunnya” Roh Kudus telah terjadi juga sebelumnya. Setidaknya dalam
Kitab Suci, kita dapat menemukan beberapa kisah, seperti misalnya : “turunnya”
Roh Kudus kepada Maria Theotokos Tersuci (Injil Lukas 1). Inilah peristiwa
pentakosta personal Maria. Dan dapat pula kita temukan kisah yang menceritakan
bagaimana setelah Yesus Kristus bangkit dari kematian, Ia hadir dan menampakkan
diri-Nya di suatu ruang dimana di sana berkumpullah para Rasul dan
murid-murid-Nya yang tengah ketakutan dan bingung dikarenakan berita bahwa
Yesus bangkit. Di ruang tersebut, Yesus menghembusi mereka dengan Roh Kudus
(Injil Yohanes 20). Lalu pada Hari Raya Pentakosta, Roh Kudus turun dengan cara
yang sangat istimewa.
Yohanes
dalam Kisah Para Rasul 2 menyaksikan bahwa Roh Kudus turun disertai dengan
tanda-tanda; yaitu : angin, lidah-lidah api, dan karunia berbicara dalam
bahasa-bahasa asing. Tanda-tanda ini menyatakan sifat, kuasa dan keinginan dari
Roh Kudus.
Tanda-tanda
Roh Kudus berupa “angin”, menyatakan Roh Kudus sebagai Sang Pemberi Hidup. Pada
Kitab Kejadian, Allah menciptakan manusia dan menghembuskan nafas hidup (“nafs”
dalam bahasa Ibrani), maka manusia itu pun hidup. Dalam Tradisi Katolik Timur (Ritus
Bisantin), Roh Kudus selalu dikaitkan dengan pemberian hidup.
Tanda-tanda
Roh Kudus berupa “lidah-lidah api”. Dalam Tradisi Katolik Timur (Ritus Bisantin),
lidah-lidah api ini menunjukkan kuasa Roh Kudus sebagai Yang Membersihkan dan
Yang Mengkuduskan.
Tanda-tanda
Roh Kudus berupa “kuasa untuk berbicara dalam bahasa-bahasa asing”. Hal ini
menunjukkan tugas perutusan untuk mewartakan Kabar Baik kepada semua bangsa.
Tugas ini bukan saja kepada semua Rasul dan murid yang hadir saat itu, tapi
juga kepada semua umat bahkan sampai saat ini, karena semua umat beriman
sungguh telah menerima Roh Kudus dalam Misteri/Sakramen Krisma.
Ada
suatu hal yang menarik. Dalam sejarah keselamatan, kita dapat menemukan bahwa
Allah memulai karya keselamatan pada diri 1 orang yaitu Bapa Abraham. Lalu
Allah melakukannya pada diri tokoh-tokoh iman, seperti Ishak dan Yakub. Lalu
Allah melakukannya pada keluarga, yaitu keluarga Yakub yang memiliki 12 anak
laki-laki. Lalu Allah melakukan karya keselamatan-Nya pada suatu suku bangsa
yaitu bani Israel. Dan pada Perjanjian Baru, karya keselamatan ini terus
berlanjut, dimulai dari salah satu “sisa Israel” yaitu Maria. Dan peristiwa
Pentakosta menyatakan bahwa karya keselamatan ini telah menembus
dinding-dinding bangsa. Karya keselamatan ini meliputi seluruh bangsa.
Pada
peristiwa Babel, Allah mencerai beraikan dengan bahasa-bahasa yang tidak dapat
dimengerti. Namun pada peristiwa Pentakosta, Allah hendak menghimpun seluruh
bangsa-bangsa menjadi 1 dalam keluarga besar Allah.
Peristiwa
Pentakosta merupakan peristiwa penting, karena hari ini adalah hari kelahiran
Gereja, hari ulang tahun Gereja. Maka dapat dipastikan bahwa selalu ada 2 keutamaan
yang selalu melekat pada diri Gereja sepanjang masa: Iman kepada Yesus Kristus
Yang Bangkit Mulia; dan pewartaan yang menyelamatkan dan menyatukan seluruh bangsa.
“Ya Bejana yang melimpahkan hujan
lidah api ke atas Para Rasul di Sion, Kami bernyanyi bagi-Mu. Kami memuji-Mu.
Kami bersyukur kepada-Mu. Ya Roh Kudus Allah.
Datanglah, ya Pengudus dan Pelindung
Gereja.
Datanglah, dan jadikanlah kami sehati
sejiwa : kami ini umat-Mu.
Datanglah, dan kobarkanlah semangat
doa kami yang membeku dan tumpul.
Datanglah, dan singkirkanlah kabut
keraguan dan dosa yang menyelimuti dunia.
Datanglah, dan pimpinlah seluruh dunia
kepada jalan hidup kebajikan.
Datanglah, ya Hikmat yang Tak
Terselami, dan selamatkanlah kami dari penghakiman-Mu.
Datanglah, ya Roh Kudus, Penghibur! Dan
berdiamlah di dalam kami!”
~ Doa Akathist kepada Roh Kudus, Ritus
Bisantin, Ikos 2
(
Referensi : Dari berbagai sumber. Sumber ikon : http://wkp.maluke.com/ )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar