Sudah
menjadi tradisi bagi Gereja Timur Ritus Bisantin bahwa pada hari minggu pertama
setelah Hari Raya Paskah Kebangkitan Tuhan untuk merayakan Hari Minggu St
Thomas Rasul. Dalam Minggu St Thomas, kita memperingati peristiwa dimana Tuhan
Yesus Kristus hadir menunjukkan luka-luka pada tangan dan lambung-Nya kepada St
Thomas yang saat itu belum mau percaya akan kebangkitan tubuh Tuhan Yesus
sebelum melihat sendiri.
Namun
peristiwa perjumpaan dengan Yesus yang telah bangkit ini telah mengubah diri St
Thomas. Dia menjadi percaya. Dan lebih dari itu, mengubah diri St Thomas
menjadi suatu pribadi baru. Ia sepenuhnya percaya kepada Allah, menyerahkan
diri sepenuhnya kepada Allah, dan menjadi berkobar-kobar karena Yesus yang
bangkit. Ia kini tahu bahwa Yesus bukan hanya manusia, melainkan juga sekaligus
adalah Allah. Sungguh manusia, sungguh Allah. Dan karenanya, maut telah kalah
dan diinjak-injak oleh-Nya. Peristiwa ini merubah keragu-raguan-nya menjadi
kepercayaan dan kepastian yang teguh.
Perjumpaan
yang merubah ini lah yang mendorong St Thomas, sebagaimana hal yang sama
dengan para Rasul lainnya, untuk berani mewartakan Kabar Baik ini kepada
bangsa-bangsa. Menjadi insan-insan ilahi yang membawa Kristus kemanapun mereka
pergi. Secara khusus, karya pewartaan oleh St Thomas ke tanah India sangat
dikenal dengan begitu luas.
Pengantar Tentang Umat Kristen St Thomas di India
Tradisi
Gereja mengatakan bahwa St. Thomas Rasul telah melakukan perjalanan misi ke
daerah India untuk menyebarkan Kabar Baik Yesus Kristus kepada penduduk sekitar
pada sekitar abad 1 Masehi. Kisah perjalanan misi ke India ini dituliskan dalam
karya-karya kuno seperti “Kisah Thomas” yang ditulis di Edessa pada sekitar
abad ke-2, dan juga “Thomma Parvam” (“Kidung Thomas”). Dikisahkan
bahwasanya St Thomas membawa Kekristenan ke tanah India. Beliau sampai di
daerah Kodungalloor Maliankara (Muziris) pada tahun 52 Masehi dan mendirikan 7
gereja (disebut juga dengan istilah “Ezharapallikal” ) di Kerala yaitu :
Kodungallur,
Kollam,
Niranam,
Nilackal (Chayal),
Kokkamangalam,
Kottakkayal (Paravoor), Palayoor (Chattukulangara) dan Thiruvithancode.
St Thomas Rasul dikisahkan meninggal di Mylapur India pada tahun 72 Masehi.
Beberapa tokoh abad 3-4 seperti St Ambrosius dari Milan, St Gregorius Nazianse,
St Hieronimus, dan St Efraim dari Siria. Singkat kata, penyebaran ajaran
Kristen di India oleh St Thomas merupakan kisah yang sudah tersebar luas pada
awal-awal Gereja Perdana.
Umat
Kristen St Thomas memiliki hubungan yang sangat intens dengan Gereja Siria
Timur. Oleh karena itu, Umat Kristen St Thomas memiliki Ritus, Tradisi
liturgis, Spiritualitas yang sama dengan mereka, yaitu Ritus Siria Timur atau
Ritus Kaldea. Pada abad ke-3, entitas Kristen yang lebih terorganisasi
telah hadir di India setelah kedatangan para misionaris dan pedagang-pedagang
dari Siria Timur dan Persia. Pada abad ke-4, muncul pula entitas Kristen di
Pantai Malabar yang berasal dari para pentobat baru dari masyarakat sekitar dan
orang-orang Yahudi yang bertobat menerima kekristenan.
Pada
abad ke-16, bangsa Portugis datang ke India. Semenjak itu lah umat Kristen St
Thomas di India mulai terbagi dalam beberapa kelompok. Pada tahun 1665,
kedatangan Mar Gregorios Abdul Jalil, seorang Uskup yang diutus oleh Patriark
Ortodoks Siria Antiokia ke India memperkenalkan tradisi dan Ritus Siria Barat.
Maka muncul lah 2 kelompok, yaitu : Gereja Katolik Siro-Malabar (menggunakan
Tradisi Siria Timur) dan Ortodoks Oriental Siro-Malankara (disebut juga kaum
Yakobit, non-Kalsedonia, menggunakan Tradisi Siria Barat).
Pada
waktu-waktu berikutnya, dalam kelompok Ortodoks Oriental Siro-Malankara
(Tradisi dan Ritus Siria Barat), terjadi beberapa pemisahan-pemisahan yang
membentuk beberapa kelompok-kelompok yang lebih kecil, yaitu : 1) beberapa
kelompok termasuk dalam himpunan Gereja Ortodoks Oriental, 2) beberapa kelompok
termasuk dalam himpunan Protestan, dan 3) 1 kelompok menyatakan bersatu kembali
dalam Gereja Katolik sebagai Gereja Katolik Siro-Malankara pada tahun 1930.
Umat
Kristen hasil penginjilan St Thomas ini disebut dengan istilah “Nasranis”.
Bahasa utama mereka adalah bahasa Malayalam. Saat ini, Umat Kristen St Thomas
terdiri atas : Katolik (55%, merupakan 2 Gereja Katolik Ritus Timur, yaitu
Gereja Katolik Siro-Malabar dengan Tradisi dan Ritus Siria Timur, dan Gereja
Katolik Siro-Malankara dengan Tradisi dan Ritus Siria Barat); Ortodoks Oriental
Non-Kalsedonia (31%); dan Protestan (14%).
Berikut
ini adalah kisah salah satu putra rohani terbaik St Thomas, yaitu Bapa
Benediktus Onamkulam dari Gereja Katolik Siro-Malabar, sebagaimana
diterjemahkan dari situs mereka.
Benediktus Onamkulam: Sahanadasan
Fr. Benediktus Onamkulam, seorang imam diosesan
(keuskupan) Changanacherri
pernah didakwa bersalah dalam
kasus pembunuhan terkenal bernama “madatharuvi” atau “manthamaruthi”. Dalam kasus pembunuhan tersebut, Mariyakkutti, seorang janda dan ibu dari 5 anak ditemukan tewas di
sebuah perkebunan teh di dekat suatu
daerah bernama “Madatharvi”. Berdasarkan bukti-bukti yang tidak kuat, Bapa Benediktus Onamkulam ditangkap. Dan pengadilan daerah Kollam menghukumnya dengan pidana penjara selama 5 tahun dan dengan hukuman gantung. Namun kemudian ia terbukti tidak bersalah dan dibiarkan bebas oleh pengadilan tinggi setelah
naik banding.
Bagaimanapun juga, tuduhan 'pembunuhan' tersebut menimbulkan penderitaan yang luar biasa kejam
terhadapnya. Dia sangat menderita atas apa yang tidak pernah
dilakukannya. Di kemudian hari, Bapa Benediktus melayani di sebuah stasi misi Kanyakumari yang saat itu masih merupakan daerah yang terpencil (saat ini telah menjadi keuskupan Thukalai).
Tahun-tahun terakhir dihabiskannya di rumah
peristirahatan imam di Kottayam. Pada saat itu, janda dari seorang dokter dan keluarganya mengunjunginya dan mengaku bahwa Mariakutti meninggal karena melakukan aborsi. Dan pemilik kompleks perkebunan lah yang merupakan ayah dari anak
yang diaborsi tersebut. Namun Bapa Benediktus menyimpannya sebagai
rahasia, hingga akhirnya keluarga sang dokter
pelaku aborsi mengumumkannya 11 bulan kemudian. Beberapa hari setelahnya, pada tanggal 3 Januari 2001, Bapa Benediktus dipanggil untuk beristirahat dalam Tuhan. Dan tubuhnya dimakamkan di kapel
pemakaman bagi para imam di kompleks
gereja Athirampuzhaforane.
Kelahiran dan Masa Kecil Bapa Benediktus
Onamkulam
Bapa Benediktus dilahirkan pada tahun 1929 dalam sebuah keluarga Katolik Ritus Timur, yaitu Katolik Siro-Malabar (keterangan
dari pengurus : Gereja Katolik terdiri dari 1 Gereja Katolik Ritus Barat yaitu
Katolik Roma; dan 22 Gereja Katolik Ritus Timur yang salah satunya adalah
Katolik Siro-Malabar. Ke-23 Gereja Partikular ini
berhimpun bersama dalam persatuan dengan Bapa Paus di Roma, sehingga disebut
sebagai Gereja Katolik sedunia. Mengenai apa itu Gereja Katolik Ritus Timur,
dapat membaca lebih lanjut pada situs berikut ini :
http://id.wikipedia.org/wiki/Ritus_Timur). Dia mengenyam jenjang pendidikan di sekolah St Efraim Mannanam. Ia lalu bergabung dengan seminari pada tahun 1950. Ia ditahbiskan menjadi seorang imam pada tahun 1959 dan bertugas
di berbagai paroki dalam Keuskupan Agung Changanacherri. Pada tahun 1962 ia bertugas di
gereja Kannampalli dekat Manthamaruthi. Dari 1962-1964 ia menjabat
sebagai vikaris di gereja Alappuzha chakkarakkadavu. Di sini lah, Mariakutti mengenal
Bapa Benediktus. Kemudian dia ditugaskan
sebagai pengurus panti asuhan St Yusuf di Changanacherri. Dia terus memegang posisi ini, hingga ia ditangkap karena kasus pembunuhan Mariakkutti.
Kasus Pembunuhan Mariakkutti dan Akibatnya
Terhadap Kehidupan Bapa Benediktus
Pada tanggal 16 Juni 1966, jenasah seorang wanita berusia 43 tahun ditemukan di dekat daerah Madatharuvi, Manthamaruthi. Setelahnya, dipastikan bahwa jenasah tersebut adalah Mariakkutti, seorang janda dan ibu dari 5 anak. Kasus ini menjadi terkenal. Dan berita tersebar ke seluruh India ketika Bapa Benediktus Onamkulam, seorang imam dari Keuskupan Agung Changanacherri ditangkap pada tanggal 24 Juni. Bapa Onamkulam bertugas sebagai pengelola sebuah panti asuhan yang dimiliki oleh Keuskupan Agung St Yosef.
Pada tanggal 16 Juni 1966, jenasah seorang wanita berusia 43 tahun ditemukan di dekat daerah Madatharuvi, Manthamaruthi. Setelahnya, dipastikan bahwa jenasah tersebut adalah Mariakkutti, seorang janda dan ibu dari 5 anak. Kasus ini menjadi terkenal. Dan berita tersebar ke seluruh India ketika Bapa Benediktus Onamkulam, seorang imam dari Keuskupan Agung Changanacherri ditangkap pada tanggal 24 Juni. Bapa Onamkulam bertugas sebagai pengelola sebuah panti asuhan yang dimiliki oleh Keuskupan Agung St Yosef.
Mariakutti telah mengenal Bapa Benediktus sejak dia menjabat
sebagai Vikaris di gereja Alappuzhachakkarakkadavu. Di sana
ia bertugas membagikan gandum dan susu bubuk kepada
orang miskin. Dia mengetahui kemiskinan dalam keluarga Mariakutti dan telah membantu Mariakutti
beberapa kali. Dilaporkan bahwa Mariakutti meninggalkan rumahnya pada tanggal 15 Juni. Beberapa hari sebelumnya ia mengunjungi Pastor Benediktus
di Changanacherri. Pihak kepolisian India mengkait-kaitkan hal-hal yang ada, dan menyimpulkan bahwa Bapa Benediktus lah pelaku
kejahatan tersebut. Cerita lalu dibuat seolah-olah seseorang telah melihat seorang imam bersama dengan seorang wanita di Manthamaruthui pada hari itu; dan bahwa Bapa Benediktus adalah ayah dari anak yang tengah dikandung wanita itu, yang lalu digunakan untuk memeras sang
pastor. Dan bahwa karena itulah Bapa Benediktus memutuskan untuk membunuhnya!
Dari bukti-bukti yang tidak kuat, Bapa Benediktus dinyatakan bersalah
oleh hakim pengadilan daerah Kollam, Kunjiraman Vaidyar, dan pada 19 November 1966 ia
dijatuhi hukuman mati dan pidana penjara selama 5 tahun. Ini merupakan kejutan
bagi kalangan rakyat biasa yang percaya bahwa imam
itu tidak bersalah. Dan ini adalah insiden pertama di
Kerala, di mana seorang imam dihukum karena kasus pembunuhan.
Di kemudian hari, Keuskupan Agung mengajukan banding
ke pengadilan
tinggi terhadap putusan tersebut. Sebuah Tim Hukum yang terdiri dari kepala hakim Raman Nair dan wakilnya Gopalan Nambiar mendengar banding. ASR Chari yang adalah seorang pengacara terkenal di Mahkamah Agung, dan penasihat bernama Thomas maju demi kepentingan Bapa Benediktus. Pengadilan tinggi
menemukan bahwa gugatan terhadap Bapa Benediktus tidak dapat
dipertanggungjawabkan dengan kuat. Dan akhirnya dia dibebaskan karena kurangnya
bukti, pada tahun 7 April 1967. Pada hari berikutnya, ia dibebaskan dari
penjara pusat Thiruvananthapuram dan disambut
oleh kerumunan besar orang yang berdiri
di tepi-tepi jalan, sementara ia dalam
perjalanan ke Changanacherri. Ia disambut hangat di
Changanacherri oleh penduduk setempat yang setia.
Kehidupan Bapa Benediktus setelah Kasus
Manthamaruthi
Meskipun ia dibebaskan dari kasus
ini, tuduhan sebagai 'pembunuh' tetap ditujukan kepadanya. Ini memberinya banyak penderitaan mental.
Tapi Bapa Benediktus menerima dan menanggung semua ini, tanpa mengeluh satu kali pun. Di kemudian
hari, ia bertugas melayani di stasi misi Kanyakumari dan di pusat-pusat Katolik terpencil lainnya di Keuskupan Agung itu. Menjelang hari-hari akhirnya, ia tinggal beristirahat di rumah peristirahatan imam di Mudiyoorkara, dekat Kottayam.
Pengakuan dari Anggota-anggota Keluarga
Sang Dokter Pelaku Aborsi
Pada tanggal 14 Januari 2000, seorang janda tua berusia 94 tahun yang adalah istri dari seorang dokter, dan keluarganya mengunjungi Bapa Benediktus di rumah peristirahatan imam Mudiyoorkara. Dia mengaku kepada Bapa Benediktus bahwa suaminya lah penyebab kematian Mariyakkutti . Mariyakkutti sebenarnya telah meninggal selama upaya untuk menggugurkan anak dalam kandungannya. Dan pemilik perkebunan adalah ayah
dari anak tersebut. Ketika Mariakkutti mendapati
dirinya hamil, dia meminta bagian miliknya dari
harta sang pemilik perkebunan. Maka sang pemilik perkebunan memaksanya untuk aborsi. Selama operasi pengguguran itulah, Mariakkutti
meninggal. Jenazah wanita itu lalu dibuat
sedemikian rupa agar terlihat seperti korban pembunuhan. Jenazah itu dibuang di dekat Madatharuvi dan para saksi direkayasan untuk menunjukkan bahwa penyebab kematian
wanita itu tertuju kepada Bapa Benediktus. Pemilik perkebunan
ini juga memanfaatkan segala hal yang dapat mengkaitkan kasus ini dengan
Bapa Benediktus. Otopsi Postmortem tidak dilakukan secara benar. Dan seluruh kasus itu bergerak sesuai dengan uang sogokan oleh sang pemilik perkebunan. Jadi Bapa Benediktus Onamkulam ditangkap
untuk kejahatan, yang sama sekali tidak diketahui olehnya.
Apa yang membuat keluarga dokter aborsi tersebut mengaku adalah adanya permasalahan yang terus berlanjut tiada berkesudahan di dalam keluarga tersebut. Sebelum dan setelah kematian sang dokter, banyak permasalahan muncul di dalam keluarga. Setelah kematian sang dokter, mereka kehilangan semua kekayaan yang diraih oleh sang dokter. Berbagai penyakit mendera anggota keluarga dan anak-anak
terlahir cacat mental dan fisik. Suatu ketika mereka menghadiri sebuah retret, beberapa penasehat rohani di sana memberitahu bahwa semua kerjadian buruk yang terjadi
dalam keluarga itu adalah akibat dari penderitaan dan kesedihan dari seorang imam. Mereka
disarankan untuk mengakui kejadian itu
kepada sang imam. Dan karena saran tersebut, keluarga dokter itu memutuskan untuk mengunjungi Bapa Benediktus.
Bapa Benediktus mendengar semua pengakuan
keluarga tersebut dengan hanya berdiam. Pengakuan tersebut disimpan
sebagai rahasia dalam hatinya. Dia menyampaikan pengakuan keluarga tersebut hanya kepada Uskup Agung Changanacherri, yaitu Mar Yusuf Powathil. 11
bulan kemudian, pengakuan mengenai kejadian tersebut diumumkan secara resmi oleh keluarga sang dokter kepada media massa. Akhirnya semua orang menyadari bahwa Bapa Benediktus tidak bersalah dan sesungguhnya
kejahatan itu sengaja ditimpakan kepada dirinya.
Wafat dan Penguburan Bapa Benediktus
Setelah beberapa hari, pada
tanggal 3 Januari 2001, Bapa Benediktus Onamkulam dipanggil Allah. Dia telah banyak menderita dan selama ini namanya telah
menjadi sumber kutukan dan caci maki terhadap Gereja dan semua rekan-rekan imam. Namun Gereja berdiri di sebelah Bapa Benediktus karena hidup sucinya. Dia menjalani hidup suci tanpa mengeluh satu kali pun. Meskipun ia mengetahui kebenaran bahwa ia tidak bersalah, ia tetap tinggal diam tidak
mengeluh atau pun marah. Tapi kematiannya terasa seperti waktu yang panjang untuk
melihat bahwa dunia pada akhirnya mendengar kebenaran. Pada tanggal 4 Januari, Bapa Benediktus Onamkulam dimakamkan di pemakaman kapel di gereja St Maria Athirampuzha dekat Kottayam,
Kerala. Kelompok besar orang termasuk Uskup Agung,
Uskup, imam, biarawati dan umat beriman menghadiri upacara pemakaman. Menurut mereka yang hadir, suasana saat itu bagaikan upacara
pemakaman seorang kudus.
Perkembangan setelah Wafat Bapa Benediktus
Sepuluh tahun setelah kematian Bapa Benediktus, kuburnya dibangun kembali dalam rangka
perayaan tahun imam dalam
Gereja Katolik. Dan fasilitas-fasilitas
dibangun bagi umat beriman untuk berdoa. Begitu banyak umat beriman yang datang
berkunjung. Ratusan orang telah
datang berkunjung dan memanjatkan
doa-doa setiap hari nya. Menurut Bapa Dr Manee Puthiyidom dari Keuskupan Agung Changanacherri dan vikaris gereja Athirampuzha, beberapa keajaiban telah
dilaporkan. Dan jika St Alphonsa disebut sebagai 'sahanadasi', maka
Bapa Benediktus disebut sebagai
'sahanadasan'.
Keuskupan Agung Changanacherri (Katolik Ritus Timur Siro-Malabar) telah merayakan perayaan sepuluh tahun masuknya Bapa Benediktus ke dalam kehidupan surgawinya. Semoga dalam waktu dekat, imam besar ini dinyatakan sebagai orang suci dalam kanon.
Silahkan menyaksikan film pendek dari Asianet News mengenai Bapa
Benediktus
http://www.youtube.com/watch?v=GBjfRJ58l4A
http://www.youtube.com/watch?v=GBjfRJ58l4A
Tuhan
Yesus bersabda :
“Kasihilah
musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan
demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan
matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi
orang yang benar dan orang yang tidak benar.
Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?
Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?
Dan
apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya
dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun
berbuat demikian?
Karena
itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah
sempurna."
~
Injil Matius 5:45-48
( Pengantar tentang Umat Kristen St Thomas di India, diambil dari
berbagai sumber dalam Wikipedia)
(
Ayat Kitab Suci dikutip dari Alkitab LAI Terjemahan Baru Indonesia )
( Kisah Bapa Benediktus dan gambar, diterjemahkan dari :
http://thesyromalabarchurch.blogspot.com/2011/05/fr-benedict-onamkulam-sahanadasan.html
)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar