Hari Minggu ke-2 setelah Hari Raya
Paskah Kebangkitan Tuhan dirayakan oleh Gereja Katolik Timur (Ritus Bisantin)
dengan sebutan “Minggu Para Wanita Pembawa Rempah-Rempah”. Dalam bahasa Yunani
: Μυροφόραι
(transliterasi : Miroforai); dan dalam bahasa Latin : Myrophorae.
Pada hari Minggu ini, Gereja
memuliakan Kebangkitan Yesus Kristus bersama para wanita pembawa rempah-rempah.
Kisah ini merujuk kepada Injil Matius 28:1-8; Markus 16:1-8; Lukas 23:55-24:3;
yang menceritakan bahwa pada saat menjelang menyingsingnya fajar pada hari ke-3
setelah Kristus wafat dan dikuburkan, beberapa wanita-wanita (Yohanes 20:1-18
mengangkat Maria Magdalena sebagai tokoh) datang ke kubur Yesus dengan membawa
rempah-rempah dan minyak mur.
Menurut tradisi Yahudi, jenasah
seseorang yang telah mati akan diselubungi dengan kain kafan, lalu dikuburkan.
Kubur Yahudi saat itu jauh berbeda dengan kubur Yahudi saat ini. Kubur Yahudi
saat ini kurang lebih berupa tanah yang digali, lalu jenasah orang yang telah
meninggal akan di”tanam”, seperti layaknya kubur pada umumnya yang berlaku saat
ini. Namun kubur Yahudi saat itu adalah berupa suatu tebing dari batu kapur
atau granit yang lalu dilubangi. Lubang tersebut dibuat cukup besar sehingga
berbentuk seperti bilik kecil. Di dalamnya dibuat pula semacam meja dan cerukan-cerukan
rak di dinding dalam gua dimana jenasah-jenasah biasa akan diletakkan di sana. Setelah
jenasah tersebut diletakkan di dalam kubur batu tersebut, bagian pintu sebelah
luar dari gua tersebut akan ditutup oleh sebuah batu besar, lalu disegel. Pada
hari ke-3, kubur tersebut akan dibuka kembali untuk melakukan tradisi merawat
jenasah dengan memberi rempah-rempah dan meminyaki jenasah. Dan yang melakukan
perawatan jenasah ini adalah kaum wanita. Di saat itu lah, wanita-wanita yang
mengasihi orang yang telah meninggal tersebut mendapat kesempatan untuk
meratapi kepergian orang tersebut dan untuk menunjukkan rasa kasih sayang kepadanya
sembari merawat dan memberi harum-haruman. Setelah perawatan tersebut selesai
dilakukan, kubur akan kembali ditutup dengan batu besar dan disegel seperti
sedia kala. Biasanya pada hari ke-3 tersebut, jenasah tersebut sudah berbau
tidak sedap. Oleh karena itulah, pada hari ke-3, setelah proses perawatan oleh
para wanita, kubur tersebut kembali ditutup dan disegel, untuk mencegah
masuknya hewan liar dan agar bau tidak sedap yang mulai keluar dari jenasah tidak
sampai merembes hingga ke luar kubur. Hal ini diteguhkan oleh Kisah Yesus
Membangkitkan Lazarus yang terdapat pada Injil Yohanes 11. Orang-orang Yahudi
melarang ketika Yesus memerintahkan untuk membuka kubur Lazarus, karena “ia sudah berbau, sebab sudah empat
hari ia mati." Bagaimana mungkin masyarakat sekitar mengetahui bahwa
jenasah Lazarus telah berbau? Karena memang kubur tersebut telah pernah dibuka
pada hari ke-3, sesuai dengan tradisi Yahudi, agar para wanita berkesempatan
meratap dan menunjukkan kasih kepada Lazarus yang telah meninggal dengan memberi
rempah-rempah dan minyak mur. Dan mereka mendapati bahwa jenasah yang telah
dikubur selama 3 hari telah berbau, dengan kata lain telah benar-benar mati.
Tradisi Gereja Timur mengatakan
bahwa para wanita pembawa rempah-rempah tersebut terdiri atas 8 wanita, yaitu :
Maria Magdalena, Maria Sang Theotokos, Yoana, Salome, Maria istri Kleopas,
Susana, Maria dari Betania, dan Martha dari Betania. 5 wanita yang pertama
merupakan tokoh-tokoh wanita yang secara jelas disebutkan namanya membawa
rempah-rempah ke kubur Yesus di dalam Injil. Sedangkan 3 wanita yang terakhir
disebut sebagai pembawa rempah-rempah berdasarkan tradisi.
Kidung Troparion ( Irama 2 ) :
Sungguh malaekat telah datang dan
berkata kepada para wanita pembawa rempah-rempah,
“Rempah-rempah itu adalah untuk
orang mati,
Tetapi Kristus telah menang terhadap
kematian.
Maka berserulah hai kalian sekalian,
“Tuhan telah bangkit dan melimpahkan Kerahiman Yang Besar kepada dunia.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar